Jurnalis dan Orator di Garda Depan Kemerdekaan

Jurnalis dan Orator
Bung Tomo / Sutomo (begandring.com)

Bung Tomo, atau Sutomo, adalah salah satu tokoh paling ikonis dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, terutama dalam Pertempuran Surabaya 10 November 1945. Namun, di balik heroisme yang selalu dikaitkan dengannya, ada sisi menarik dari kehidupan dan perjuangan Bung Tomo yang jarang dibahas. Berikut beberapa poin menarik dari sudut pandang sejarahnya:

1. Gaya Orasi yang Menggetarkan

Bung Tomo dikenal sebagai orator ulung yang mampu membangkitkan semangat rakyat. Uniknya, ia sering berbicara dengan nada keras dan penuh emosi, menciptakan kesan berapi-api. Dalam rekaman pidatonya, sering terdengar kata “Allahu Akbar!” yang ia gunakan untuk memotivasi rakyat sekaligus menanamkan semangat jihad. Orasi ini tidak hanya menyatukan pejuang Indonesia dari berbagai golongan, tetapi juga menanamkan keberanian untuk menghadapi pasukan sekutu yang jauh lebih kuat.

2. Jurnalis Sebelum Menjadi Pahlawan

Sebelum menjadi tokoh perlawanan, Bung Tomo adalah seorang wartawan. Ia bekerja di berbagai media, termasuk surat kabar “Pemandangan” dan “Suara Oemoem”. Pengalaman jurnalistik ini membentuk kemampuannya dalam menyampaikan pesan yang efektif, baik melalui tulisan maupun pidato. Bung Tomo sering menggunakan keterampilan jurnalistiknya untuk menyebarluaskan propaganda dan membangkitkan semangat perjuangan.

3. Peran Radio dalam Perjuangan

Bung Tomo mendirikan Radio Pemberontakan yang menjadi alat komunikasi vital bagi perjuangan rakyat Surabaya. Radio ini menjadi medium untuk menyebarkan informasi, membangkitkan semangat, dan mengorganisasi perlawanan. Dalam era ketika komunikasi masih terbatas, inisiatif ini adalah langkah revolusioner yang memperkuat gerakan rakyat melawan penjajah.

4. Kritis Terhadap Pemerintah Pasca Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka, Bung Tomo tidak segan mengkritik pemerintahan Orde Lama maupun Orde Baru jika ia merasa kebijakan mereka tidak sesuai dengan prinsip-prinsip perjuangan kemerdekaan. Ia bahkan pernah dipenjara oleh rezim Orde Baru karena kritiknya terhadap pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa Bung Tomo adalah seorang idealis yang setia pada nilai-nilai keadilan dan kebenaran, meskipun harus menghadapi risiko pribadi.

5. Kesederhanaan Hidup

Meski dikenal sebagai pahlawan, Bung Tomo menjalani kehidupan yang sederhana. Ia tidak pernah memanfaatkan posisinya untuk keuntungan pribadi. Setelah masa perjuangan, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di pedesaan, jauh dari gemerlap politik dan kekuasaan.

6. Wafat di Tanah Suci

Bung Tomo meninggal dunia pada 7 Oktober 1981 di Arafah, Arab Saudi, saat menjalankan ibadah haji. Banyak yang melihat momen ini sebagai akhir yang penuh makna bagi seorang tokoh yang sepanjang hidupnya berjuang demi kepentingan bangsa dan agama.

Dari sisi yang menarik ini, Bung Tomo bukan hanya seorang pahlawan medan perang, tetapi juga simbol keberanian, integritas, dan kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari. Ini menjadikannya inspirasi abadi bagi generasi penerus.