Haedar Nashir Serukan Hijrah ke Kalender Islam Global Tunggal

Haedar Nashir Serukan Hijrah ke Kalender Islam Global Tunggal

PolitikKaltim.com – Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyerukan agar umat Islam seluruh dunia ‘hijrah’ atau berpindah ke Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). Seruan ini diucapkan Haedar lantaran selama ini selalu ada perbedaan ketika umat Islam menentukan kalender Hijriah.

“Saatnya umat Islam sedunia hijrah ke Kalender Islam Global Tunggal sebagai bayar utang peradaban. Sungguh malu Dunia Muslim dalam menentukan hari, tanggal, dan tahun baru Hijriah masih berbeda antarnegara maupun di satu negara. Apalagi menentukannya dengan cara dadakan yang mengandung ketidakpastian,” kata Haedar melalui akun Instagram-nya (@haedarnashirofficial), dilihat detikcom Selasa (9/7/2024).

Lebih lanjut Haedar menjelaskan satu kalender Masehi sudah sejak lama menjadi rujukan umat manusia di dunia. Di sisi lain, kalender Hijriah belum tunggal. Perlu ada ijtihad dan penafsiran baru atas hadis Nabi soal penentuan bulan baru agar tidak terjebak pada status quo pemahaman keagamaan yang normatif dan jumud.

“Bukankah peredaran benda-benda langit itu berada dalam hukum sunatullah yang pasti dan tidak spekulasi. Mari berhijrah meninggalkan ketidakpastian menuju kepastian dalam penentuan hari, bulan, dan tahun Hijriah. Sebagai bukti umat Islam tinggi kualitas keilmuan dan kemajuan peradabannya,” serunya.

“Bukankah Allah memerintahkan umat Islam untuk iqra, berpikir, dan menggunakan ilmu pengetahuan agar umat beriman meraih derajat tertinggi. Allah pun menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesukaran dalam beragama,” lanjut Haedar seraya mengutip ayat suci Al-Qurán Surat Al-Baqarah: 185.

Sementara itu, dikutip melalui situs resmi www.muhammadiyah.or.id, PP Muhammadiyah menjelaskan kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) merupakan inisiatif visioner dari Muhammadiyah untuk menciptakan kalender Islam yang seragam di seluruh dunia. Inisiatif ini, kata dia, merupakan bentuk respons terhadap kebutuhan akan kepastian dan ketepatan dalam pelaksanaan ibadah yang bersifat global.

Sejak tahun 1932 hingga pertengahan 2024, Muhammadiyah telah dikenal sebagai penganut mazhab Hisab Hakiki Wujudul Hilal dalam menyusun kalender Hijriahnya. Metode ini, meskipun telah memberikan banyak kontribusi, masih bersifat lokal dan terbatas pada wilayah Indonesia.

PP Muhammadiyah memandang, masalah yang muncul, terutama dalam pelaksanaan ibadah yang waktunya terkait dengan lokasi geografis tertentu, seperti puasa Arafah, memunculkan kebutuhan akan kalender yang lebih universal.

“Upaya pergerseran ke KHGT ini merupakan lompatan ijtihad Muhammadiyah dalam menjawab kebutuhan akan kepastian dan ketepatan tanggal-tanggal pelaksanaan ibadah yang bersifat global,” kata Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Maskufa.

Tahun 2007 menjadi titik awal perubahan besar. Muhammadiyah menyelenggarakan simposium internasional bertajuk “The Effort Toward Unifying the Islamic International Calendar”.

Simposium ini menjadi fondasi bagi keputusan-keputusan penting dalam Muktamar Muhammadiyah ke-47 tahun 2015 dan ke-48 tahun 2022, yang mengamanatkan upaya penyatuan kalender Hijriah di tingkat internasional. Motivasi Muhammadiyah untuk menerapkan KHGT tercermin jelas dalam Putusan Muktamar ke-47 tahun 2015 di Makassar.

Perbedaan dalam memulai ibadah puasa dan hari raya yang disebabkan oleh metode penentuan awal bulan yang masih lokal menjadi perhatian utama. Selain itu, ibadah yang terkait dengan tempat geografis yang berbeda, seperti puasa Arafah, menekankan pentingnya kalender yang seragam.

Putusan tersebut juga menggarisbawahi konsep ummatan wahidatan, yang berarti umat Islam adalah satu kesatuan, sebagaimana diamanatkan dalam Al-Quran. Meskipun umat Islam tersebar di berbagai negara dengan beragam paham keagamaan, organisasi, dan budaya, perbedaan ini menjadi tantangan sekaligus rahmat. Namun, perbedaan dalam penentuan awal bulan Hijriah, terutama untuk Ramadan, Syawal, dan Zulhijah, seringkali menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian.

“Perbedaan ini sebagai rahmat sekaligus tantangan. Perbedaan tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan dalam penentuan awal bulan dalam Kalender Hijriah, terutama awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Muhammadiyah memandang perlu untuk adanya upaya penyatuan Kalender Hijriah yang berlaku secara internasional,” ucap Maskufa.

Urgensi Kalender Islam Global Tunggal

Muhammadiyah melihat urgensi untuk menyatukan kalender Hijriah secara internasional. Unifikasi kalender ini tidak hanya memberikan kepastian dalam pelaksanaan ibadah tetapi juga menjadi acuan dalam berbagai aspek muamalah. Penerapan KHGT memerlukan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, menjadikannya langkah yang inovatif dan berwawasan ke depan.

Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta tahun 2022 semakin menegaskan pentingnya KHGT.

Muhammadiyah berkomitmen untuk kepentingan umat, bangsa, kemanusiaan, dunia internasional, dan masa depan umat manusia. Peran Muhammadiyah yang semakin global ini mencakup perbaikan sistem waktu Islam melalui penerapan Kalender Islam Global yang unifikatif.

Melalui KHGT, Muhammadiyah menunjukkan dedikasi dan komitmennya untuk membawa umat Islam menuju kesatuan yang lebih erat, menjawab tantangan zaman dengan inovasi, dan memberikan kontribusi nyata bagi kemaslahatan umat di seluruh dunia.

“Di antara bentuk peran internasionalisasi Muhammadiyah adalah perbaikan sistem waktu Islam secara internasional melalui upaya pemberlakuan Kalender Islam Global unifikatif,” tutur Maskufa sambil membaca kutipan Putusan Muktamar Muhammadiyah ke-48. (*)

Editor: Redaksi Media Politik Kaltim
Sumber: detiknews.com